Friday 20 May 2011

Salah Kaprah

Nah,  ini baru lain baru lain dari yang lain. Siapa bilang kalo sekolah di STM itu gersang alias kekeringan karena gak ada ceweknya. Nih, buktinya si Mas, di STM tempat dia cari ilmu, mau cari cewek yang gimana aja ada (yang bener nih...), bener! Mau yang langsing, kurus, gemuk, manis, cakep dan kalo lo mau cari yang jelek juga ada. (Gila lo Mas, orang dikatain jelek...)

"Eh, Mas. Emang lo sekolah dimana?" tanya temennya yang duduk disebelahnya, temen barunya, anak SMA, cowok. Mereka lagi naik angkot. Si Mas kayanya lagi bengong.
"Eh, lo sekolah dimana?" tanyanya lagi bikin si Mas kaget.
"He, eh, sory-sory, gue ngelamun. Nanya apaan tadi?" nah lo, dia balik tanya.
"Sekolah lo?!"
"Oh. Di STM" jawab si Mas pendek.
"Gue tahu, lo di STM. Maksudnya STM mana?" temannya jadi agak kesal.
"Itu, BKR 212" jawab si Mas.
"212?" temannya agak heran. "Kaya Wiro sableng," sambungnya.
"Ye, emang anaknya pada rada sableng," aku si Mas.

Jawabannya agak melantur, dia gak merhatiin temannya itu tap matanya malah asik melotot kearah belakang angkot dan dia melambaikan tangannya. Ngapain dia? (Iseng kali...). Ah bukan. Dia lagi ngebalas lambaian tangan cewek yang naik angkot berlawanan arah.

Jduk!...  Suara itu keras dan tiba-tiba. Suara jidat si Mas yang kejedot kaca belakang angkot. Dia megangin jidatnya ( kenapa, Mas? Takut jatuh?...), ah, bukan. Sakit. Penumpang yang lain merhatiin si Mas yang cerangas ceringis kesakitan. Dia jadi malu, sementara temannya cekikikan, geli.

Kenapa sih nih angkot berhenti tiba-tiba, sakit jidat gue, gerutunya dalam hati. Matanya mencari tahu. Kemudian hati kecilnya berkata: O... itu, didepan ada mobil berhenti mendadak, makanya mobil dia ( eh, kapan si Mas beli mobil), oh maksudnya angkot yang ditumpanginya itu berhenti mendadak pula.

Tahu begitu, dia bergegas tururn.
"Lo tuundi sini?" tanya temannya.
"Iya, ituan sekolahan gue," dia tunjukin plang sekolah yang beberapa meter didepannya.

Langsung masuk kelas aja, ya? (iya, iya...)
Jam pertama kata ketua kelas gak ada gurunya. Dia langsung masukin kembali buku-buku yang tadi dikeluarkannya dari tas. Matanya keluyuran cariin temen-temennya. Pada kemana? si Herdi, si Gur, kok pada gak kelihatan, kata hatinya.

Jam kedua, gila, gurunya gak ada juga. Pada kemana tuh guru. Tadinya anak-anak dikasih jadual, eh sekarang malah meeka yang lupa, apa iya mereka lupa? (gak kali...), ah iya, gak kali. Cuma barangkali (batu, pasir...), buka itu. Barangkali gurunya memang sedang ada halangan.

....tunggu kelanjutannya....

No comments:

Post a Comment